Sabtu, 12 Januari 2013

Sepeda Motor Fuel Cell

~ Sepeda Motor Fuel Cell Ramah Lingkungan

Sepeda Motor "Fuel Cell" Karya BPPT
Nawa Tunggal
Sepeda motor ramah lingkungan dengan sumber energi listrik fuel cell atau sel bahan bakar karya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi diluncurkan pada 2008 lalu, tetapi dengan ”jantung” teknologi yang masih harus diimpor. Saat ini komponen ”jantung” berupa reaktor hidrogen dengan oksigen itu mampu diproduksi sendiri.
Komponen utama teknologi sel bahan bakar yang digunakan untuk sepeda motor saat itu senilai Rp 150 juta, diimpor dari Amerika Serikat pada tahun 2000,” kata Eniya Listiani Dewi, perekayasa pada Pusat Teknologi Material BPPT, Kamis (9/7) di Jakarta.
Seiring waktu, harga komponen yang menjadi ”jantung” teknologi sel bahan bakar berupa Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC) itu makin turun. Menurut Eniya, harganya sekarang berkisar Rp 30 jutaan. Harga ini masih tetap tinggi.
Komponen yang mahal tentu saja mengurangi daya saing produk. Meski teknologi itu dibilang ramah lingkungan tanpa mengemisi karbon dan menghasilkan limbah air murni, tetap saja mahal dan memiliki peluang kecil untuk diadopsi masyarakat. Terutama pada masyarakat kita yang memiliki daya beli rendah.
Tunjukkan hasil
Nasib sepeda motor fuel cell BPPT, yang dirancang Eniya bersama Tjujtuk Ismujanto dari Pusat Teknologi Material BPPT dan Ganesha Tri Chandrasa dari Balai Besar Teknologi Energi BPPT, awalnya menghadapi prospek suram karena harganya sulit terjangkau.
Eniya, yang memimpin Tim Perekayasa Sel Bahan Bakar BPPT dengan anggota 40 ahli, terus berupaya memproduksi PEMFC dengan material lokal. Saat ini upaya tersebut sudah menunjukkan hasilnya.
PEMFC, yang juga dikenal sebagai Proton Electrolyte Membrane Fuel Cell, kini diproduksi dengan komponen-komponen lokal. Produksinya dengan teknologi nanokomposit untuk menggantikan komponen elektrode dan elektrolit padat polimer PEMFC.
Komponen lainnya juga mampu disubstitusi dengan bahan lokal. Di antaranya, komponen end plate berupa lempeng tembaga penopang rangkaian PEMFC. Kemudian current collector yang mengantar arus listrik.
Ada lagi grafit atau karbon sebagai pemisah membran electrode assembly (MEA, inti penghasil listrik dalam sistem kerja sel bahan bakar). Komponen grafit dan MEA juga dapat disubstitusi dengan material lokal.
”Riset untuk menyubstitusi PEMFC itu menghabiskan dana pagu BPPT sampai Rp 2 miliar selama 2005 sampai 2008,” ujar Eniya.
Alhasil, kini penurunan produksi PEMFC dengan material lokal sampai 80 persen. Sebagai contoh, satu komponen utama MEA, satu lembar MEA impor seharga Rp 2,5 juta, dapat disubstitusi dengan material lokal menjadi Rp 600.000 per lembar.
Menurut Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar, temuan substitusi PEMFC itu sekarang masih dalam tahap berbagai pengujian. Salah satunya adalah mengenai keandalan material yang akan menentukan daya tahan komponen tersebut.
Infrastruktur
Sepeda motor fuel cell BPPT didukung daya listrik 500 watt dari sistem sel bahan bakar. ”Sepeda motor itu pun mampu melaju dengan kecepatan maksimal 60 kilometer per jam. Sepeda motor ini tak perlu lagi di-charge baterainya,” kata Eniya.
Gas hidrogen menjadi sumber tenaga penggerak sepeda motor tersebut. Tentu saja setelah diubah menjadi listrik untuk menggerakkan motor.
Pada sepeda motor itu gas hidrogen ditampung di sebuah tangki dengan kapasitas 7 liter. Tangki ini bukan seperti tangki sepeda motor biasanya, melainkan tangki yang mengandung metal hydride atau padatan logam (biasanya dari magnesium atau mangan) yang segera akan bereaksi menangkap hidrogen.
”Metal hydride mengalirkan gas hidrogen setelah memperoleh bukaan saluran tangki dengan suhu kamar (berkisar 25 derajat celsius),” kata Eniya.
Gas hidrogen itu kemudian mengalir menuju PEMFC hingga bereaksi secara elektrokimia dengan oksigen yang diperoleh dari udara dan menghasilkan arus listrik untuk menggerakkan motor, limbah air, serta panas.
Volume 1 liter hidrogen telah diuji dan dalam uji coba itu mampu menghasilkan daya 500 watt selama satu jam yang menggerakkan motor tersebut dengan kecepatan 50 kilometer per jam.
”Harga hidrogen ultra high pure 99,999 persen yang digunakan itu dibeli dari Singapura dengan harga Rp 1,7 juta untuk volume 7 meter kubik,” kata Eniya.
Jadilah, gas hidrogen menjadi bahan bakar teknologi transportasi yang ramah lingkungan. Pada masa mendatang gas hidrogen menjadi basis pergerakan dunia untuk menggantikan sumber energi fosil yang tidak terbarukan.
Menurut Eniya, pengembangan sel bahan bakar untuk sarana transportasi relatif sudah tidak menemui kendala. Persoalan yang dihadapi adalah infrastruktur yang menunjang manufaktur produksi komponen sel bahan bakar dan produksi bahan bakar gas hidrogen itu sendiri.
Implementasi inovasi teknologi sel bahan bakar ini membutuhkan peran swasta. Namun, pemerintah juga patut didorong memberikan insentif. Kecuali, pada masanya nanti menginginkan menjadi bangsa konsumtif belaka.
Eniya beserta tim di BPPT berhasil menunjukkan kreativitasnya mengikuti perkembangan zaman. Teknologi bersih dan ramah lingkungan mampu dijamah, kini masyarakat pun menanti implementasinya.
Sumber: Kompas Cetak.
  Anda belum mendaftar atau login.
Anda dapat turut serta menuliskan artikel disini, caranya klik disini
Ada pertanyaan? Ingin berdiskusi? silahkan tulis di Alpensteel Forum

Customer Support



Who's Online

Kami memiliki 263 Tamu online

Login Form

PageRank  Hit Counters

Tidak ada komentar:

Posting Komentar