Siapa
yang tidak suka melihat kucing yang
lucu dan imut, dan bulunya halus jika dibelai. Hewan jinak ini merupakan sahabat
manusia bahkan sejak dulu. Dari bukti-bukti sejarah ditemukan bahwa kucing telah
berbaur dengan kehidupan manusia sejak 6.000 tahun SM, setelah ditemukannya
kerangka kucing di Pulau Siprus. Orang Mesir Kuno dari 3.500 SM telah
menggunakan kucing untuk menjauhkan tikus atau hewan pengerat lain dari lumbung
yang manyimpan hasil panen.
Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di
dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah
atau galur murni (pure breed), seperti kucing persia, siam, manx, sphinx. Kucing
seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan hewan resmi. Jumlah kucing
ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah kucing dengan
keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung.
Penularan Toxoplasmosis
Namun
dibalik kelucuannya tersebut, bagi Anda yang memelihara kucing di rumah tentu
ada risiko tertular beberapa jenis penyakit. Satu yang paling harus diwaspadai,
adalah penyakit toxoplasmosis, sejenis parasit yang hidup di usus kucing. Maka
parasitnya berpotensi menulari lewat tinja kucing.
Toxoplasmosis
memang termasuk salah satu penyakit zoonosis (penyakit yang bisa menular antara
hewan dan manusia). Tentu tidak semua kucing membawa parasit ini. Hanya kucing
yang tertular saja yang menjadi sumber penular.
Penyakit
ini disebabkan oleh protozoa (golongan parasit) yang bernama Toxoplasma gondii,
jadi bukan oleh virus. Protozoa atau Toxoplasma ini di dalam usus kucing
berkembang biak secara seksual, sehingga menghasilkan telur, dan akan keluar
bersama tinja.
Pada
hewan lain selain kucing, Toxoplasma berada di dalam darah, air ludah (saliva),
sperma dan cairan tubuh lainnya, dan berkembang biak dengan pembelahan sel.
Jadi, tidak menghasilkan telur, namun menghasilkan tropozoit (hasil pembelahan
sel) yang akan bergerombol membentuk kiste Toxoplasma. Kiste ini bisa berada di
jaringan tubuh seperti otak, mata, jantung, otot, alat pencernaan dan alat
pernafasan. Maka hati-hati makan daging kambing, kerbau, atau sapi setengah
matang, jika ternyata ternak tersebut mengidap toxoplasmosis.
Berhati-hatilah
karena tinja kucing biasanya berceceran di sekitar rumah, maka parasit juga
berpotensi tersebar di sekitar permukaan tanah, lantai, dan pekarangan rumah.
Parasit juga melekat pada bulu, mulut, dan wadah bekas makan kucing.
Bukan
hanya kucing, anjing, kambing, sapi, kerbau, atau hewan apa saja bisa tertular
parasit ini. Kotoran kucing yang berceceran terbawa kaki kucing ke rumput yang
kemudian dimakan kambing atau hewan pemakan rumput lainnya.
Bahaya Toxoplasmosis
Bahaya
penyakit toxoplasmosis terutama pada Ibu hamil yang terinfeksi toxoplasma
berakibat anak cacat dalam kandungan, bahkan kematian janin dalam kandungan.
Sebaiknya ibu berobat dan tidak hamil dulu kalau positif toxoplasma.
Berikut beberapa tips untuk mencegah
toxoplasmosis:
1.Jangan
makan daging yang tidak dimasak matang. Daging harus dimasak pada suhu 70°C
minimal selama 20 menit.
2.Jangan
minum susu yang tidak dimasak/dipasteurisasi.
3.Jangan
makan sayuran/buah-buahan yang tidak dicuci dengan benar dan bersih.
4.Mencuci tangan, meja/talenan dan peralatan dapur dengan air
hangat dan sabun setelah mengolah daging mentah.
5.Pakailah
sarung tangan karet pada waktu berkebun, cuci tangan dengan sabun
setelahnya.
6.Biasakan mencuci tangan sebelum makan.
7.Kotak
pasir tempat anak-anak bermain di halaman harus ditutup bila tidak
digunakan.
8.Jangan
minum air mentah kecuali sudah direbus sampai mendidih.
Bagi Anda penggemar kucing, yang sering
bersentuhan dengan hewan tersebut, berikut tips agar Anda maupun kucing
kesayangan terhindar dari penularan toxoplasmosis
1.Jangan
memberikan daging mentah atau tidak matang kepada kucing anda. Sebaiknya berikan
pakan jadi/matang.
2.Jangan
memberikan susu yang tidak dipasteurisasi.
3.Jangan
membiarkan kucing berkeliaran di luar rumah atau berburu binatang berdarah
panas.
4.Mandikan
kucing secara teratur.
5.Sediakan
kucing tempat khusus untuk kegiatan buang air besar (litterbox).
6.Pakailah sarung tangan karet dan masker dan scoop pada waktu membersihkan
litterbox. Cuci tangan setelahnya.
7.Bersihkan
dan buang feces kucing dari litterbox setiap hari, flush feces di toilet, siram
air panas atau dibakar. Siram dan bersihkan litterbox dan scoopnya dg air
mendidih.
8.Kontrol
populasi tikus, kecoa, lalat dan inang perantara toxoplasma gondi
laiannya.
9.Lakukan
kontrol kesehatan kucing secara rutin.
10.Wanita
hamil dan orang-orang dengan sistem imunitas yang rendah seperti terinfeksi HIV
atau sedang mendapat pengobatan kemoterapi tidak boleh membersihkan
litterbox.
Waspada Rabies
Virus rabies juga
berpotensi ditularkan oleh gigitan maupun cakaran kucing yang telah terinfeksi
virus rabies. Memang kucing bukan satu-satunya hewan penular rabies selain
anjing , kera, kelelawar, musang dan hewan berdarah panas lainnya.
Masa
inkubasi penyakit rabies pada
kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari – 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan
paling lama 1 tahun. Masa inkubasi tergantung dari :
- Lokasi gigitan, biasanya paling pendek pada orang yang digigit di daerah kepala, tempat yang tertutup celana pendek
- Bila gigitan terdapat di banyak tempat
- Umur
- Virulensi (banyaknya virus yang masuk melalui gigitan / jilatan).
Tips Mencegah Rabies
Dengan
pencucian luka memakai air dan sabun selama 10 hingga 15 menit dibawah air
mengalir serta segera mendapatkan vaksin anti rabies, diharapkan mampu mencegah
penularan penyakit ini.
Jangan
membiarkan kucing berkeliaran di luar rumah atau berburu binatang berdarah panas
untuk mencegah penularan virus rabies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar