Vitiligo merupakan kelainan kulit berbentuk bercak (makula) berwarna putih (hipopigmentasi) dan berbatas tegas.
Vitiligo adakalanya hanya satu bercak, bisa juga beberapa bercak di
area yang sama, misalnya area wajah, anggota badan. Kadang dijumpai
beberapa bercak di area yang berbeda dan adapula seseorang yang
menderita vitiligo dengan bercak menyeluruh di hampir sekujur tubuhnya.
Masalah utama vitiligo adalah masalah kosmetika, terlebih pada wanita.
Angka kejadian vitiligo berkisar 1-8 %.
Dapat mengenai semua ras, semua umur, dan dapat mengenai pria maupun
wanita dengan frekuensi yang sama. Angka kejadian terbanyak ( 50% )
terjadi pada usia sekitar 20-an tahun.
APA PENYEBABNYA ?
Penyebab vitiligo hingga kini belum
diketahui secara pasti. Diduga sekitar 20-40 % berhubungan dengan faktor
herediter (familial). Artinya 20-40 % penderita memiliki riwayat
vitiligo dalam keluarga. Meski penyebanya belum jelas, para ahli
menjelaskan terjadinya vitiligo melalui beberapa teori, yakni:
-
Teori Neurogenik. Dugaan ini dilandasi pengamatan dimana vitiligo timbul di salah satu sisi tubuh (unilateral), tidak melewati garis median tubuh dan berada pada satu atau lebih dermatom.
-
Teori Self Destruction. Teori ini dilandasi dugaan adanya perusakan melanosit (sel pigmen) akibat sisa metabolisme (metabolit) pada pembentukan melanin (pigmen), terutama metabolit obat golongan hydroquinone yang biasa dipakai pada pengobatan hiperpigmentasi.
-
Teori Autoimun. Diduga bahwa gangguan pada sistem imun dapat menyebabkan kerusakan pada melanosit sehingga mengakibatkan hipopigmentasi pada kulit di area-area tertentu . Hal ini dilandasi dengan adanya hubungan beberapa penyakit autoimun pada penderita vitiligo.
TANDA-TANDA
Vitiligo mudah dikenali dengan melihat dan memeriksa tanda-tanda sebagai berikut:
-
Dijumpai bercak berwarna putih dengan batas jelas, asimptomatis (tanpa keluhan), berukuran beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter.
-
Area tubuh yang sering terkena vitiligo diantaranya adalah jari, pergelangan tangan, sekitar mata, sekitar mulut, hidung, kulit tulang kering (tibia). Kadangkala dapat dijumpai vitiligo di organ genital.
-
Bercak putih yang mengenai kedua sisi tubuh (bilateral) dapat simitris dan bisa pula asimitris.
Faktor-faktor pencetus yang diduga memicu timbulnya vitiligo, antara lain: stres, paparan sinar matahari, paparan bahan kimia.
Diagnosa vitiligo ditegakkan dengan mengenali riwayat penyakit, riwayat keluarga dan pemeriksaan klinis oleh dokter.
Pemeriksaan yang diperlukan untuk penunjang diagnostik Pemeriksaan histopatologi dan Pemeriksaan biokimia.
Dalam praktek sehari-hari kedua pemeriksaan
tersebut sangat jarang dilakukan dikarenakan vitiligo mudah dikenali
dengan pemeriksaan fisik oleh dokter, yakni dengan melihat ciri-ciri
vitiligo.
PENGOBATAN
Hingga kini belum ada pengobatan yang
benar-benar memuaskan untuk menanggulangi vitiligo. Karenanya tak jarang
dokter menganjurkan kamuflase untuk menyamarkan vitiligo, terutama pada
wanita. Meski begitu, dianjurkan tetap menjalani pengobatan berdasarkan
hasil pemeriksaan dokter spesialis kulit.
Pengobatan yang lazim digunakan pada vitiligo, antara lain:
-
Psoralen. Fototerapi dengan psoralen dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni: (a) psoralen topikal (obat luar), terutama pada usia di bawah 18 tahun. (b) Kombinasi psoralen oral (diminum) dan psoralen topikal (obat luar). Cara ini biasa dilakukan pada vitiligo yang luas. Penggunaan Psoralen oral (metoksalen), yakni: minum metoksalen 20 mg sebanyak 2 kasul (40 mg), 2 jam sebelum menjemur diri, 3 kali dalam semingu, selama 6 bulan. Jika setelah 6 bulan belum menampakkan hasil yang memuaskan, maka obat dihentikan.
-
MBEH (Mono Benzyl Ether of Hydroquinon) 20 %, biasanya digunakan pada vitiligo yang luas (lebih dari 50% permukaan kulit tubuh). Obat ini digunakan jika dengan psoralen tidak menampakkan hasil yang memuaskan. Depigmentasi diharapkan mulai tejadi setelah 2-3 bulan dan diharapkan akan mengalami depigmentasi sempurna setelaj 1 tahun.
-
Helioterapi. Pengobatan ini merupakan kombinasi Trisoralen dengan sinar matahari. Setelah pengobatan, penderita dianjurkan menghindari paparan sinr matahari secara langsung, atau menggunakan tabir surya.
-
Kortikosteroid. Obat yang lazim digunakan diantaranya Betametason valerat 0,1%, dioleskan 1 kali sehari selama 3-4 bulan. Seyogyanya kontrol ke dokter seminggu sekali untuk evaluasi dan menilai respon hasil pengobatan. Jika setelah 3 bulan masa pengobatan masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan, maka pengobatan steroid dihentikan.
-
Pembedahan. Cara ini adalah pilihan terakir jika pengobatan dengan obat-obatan tidak berhasil.
Mengingat lamanya masa pengobatan dan hasil
pengobatan yang pada umumnya tidak menggembirakan, maka diperlukan
ketelatenan dan kesabaran penderita vitiligo untuk mengikuti prosedur
pengobatan yang ditetapkan oleh dokter.
Pustaka:
-
FKUI, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi keempat, 2005.
-
Mawardi Harahap Prof. Dr, Ilmu Penyakit Kulit, 2000
-
FK Unair, Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin, cetakan keempat, 2008
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar