Selasa, 05 Februari 2013

Sanggaluri Park,purbalingga

Sanggaluri Park Purbalingga, Taman Wisata nan Menawan

Hendra Wardhana – Purbalingga, kota Kabupaten berhawa sejuk di wilayah eks Karesidenan Banyumas selama ini mungkin dikenal luas sebagai sentra penghasil bulu mata palsu dan knalpot nomor 1 di Indonesia. Namun geliat pembangunan di Purbalingga selama 1 dekade terakhir rupanya telah melahirkan beberapa citra diri baru tentang kota ini. Mulai dari kota Adipura hingga destinasi utama di Jawa Tengah. Salah satu obyek wisata yang terkenal dan ramai dikunjungi wisatawan adalah Owabong. Namun sesungguhnya bukan hanya Owabong yang pantas menjadi ikon wisata Purbalingga. Tak jauh dari Owabong ada sebuah taman luas membentang.

Sanggar Luru Ilmu

Dengan latar belakang Gunung Slamet, Taman Sanggaluri (Sanggaluri Park) tampak cantik di tengah hamparan sawah pedesaan Kutasari. Taman Sanggaluri adalah obyek wisata terpadu yang mengusung konsep edukasi sekaligus rekreasi alam. Berjarak 10 menit dari obyek wisata Owabong dan Desa Wisata Karangbanjar atau 30 menit dari pusat kota Purbalingga, Taman Sanggaluri membuat saya kagum saat berkunjung ke sana pekan lalu. Bahkan demi memenuhi rasa ingin tahu, saya sekeluarga sengaja melewatkan Owabong untuk tak kami kunjungi.
Tiba sekitar pukul 11.00 WIB, kami langsung menebus 5 lembar tiket yang pada saat musim lebaran kemarin dihargai Rp. 12.000/tiket. Menurut informasi harga tiket di hari normal adalah Rp.10.000/tiket.
Sanggaluri Park Purbalingga
Sanggaluri Park Purbalingga
Gambar: http://www.lintangbuanatours.com

Taman Reptil dan Serangga (Reptil and Insect Park)

Rekreasi pun dimulai. Melewati pintu pemeriksaan tiket pengunjung langsung memasuki ruangan luas berisi rak dan lemari kaca yang menyimpan ribuan spesimen serangga dan reptil. Sebagian adalah spesimen awetan namun banyak juga yang berupa spesimen hidup dari kelompok hewan Reptil.
Warna-warni kupu-kupu dipajang unik di beberapa lemari kaca. Ada juga yang dipasang menghiasi peta Indonesia menunjukkan daerah asal kupu-kupu ditemukan. Sementara kelompok kumbang ditata dalam beragam bentuk yang menarik. Pemasangan spesimen-spesimen yang diletakkan tegak di dinding dan lemari membuat pengunjung bisa dengan mudah mengamati dan berfoto bersama spesimen-spesimen tersebut.
Reptil and Insect Park
Taman Reptil dan Serangga (Reptil and Insect Park)
Bagaimana dengan koleksi lainnya? Beragam jenis ular dan kadal juga dapat disaksikan di beberapa kandang. Tak hanya bisa menyaksikan dari balik kandang, para pengunjung juga bisa berfoto gratis bersama buaya dan ular, tentu saja dengan didampingi para petugas dan pawang.
Semua spesimen di sini dilengkapi papan informasi nama dan karakternya. Namun sayang penulisan nama spesimen-spesimen di Taman Sanggaluri masih banyak yang salah dan tidak konsisten secara ilmiah.
Melewati taman serangga dan reptil, pengunjung akan diarahkan ke taman yang sesungguhnya. Sebuah hamparan hijau membentang luas dengan beberapa bangunan berkonsep modern yang tampak menyatu dengan konsep alam secara keseluruhan. Jalan-jalan setapak yang menghubungkan beberapa bangunan dan gazebo juga membawa pengunjung menikmati kebun buah. Jika cuaca cerah, dari sini pengunjung dapat menyaksikan agungnya Gunung Slamet yang memang berada di bentang alam Purbalingga.
Di dalam taman terdapat 3 museum yang bisa dikunjungi tanpa perlu membeli tiket lagi yakni Museum Uang, Musem Wayang dan Artefak, Rumah Prestasi dan Peraga Iptek.

Musem Uang Purbalingga

Memasuki Museum Uang, saya kagum dengan koleksinya. Tak hanya ada koleksi uang Republik Indonesia dari masa ke masa, dari yang paling kuno hingga yang berlaku saat ini, namun juga dilengkapi informasi yang membuat pengunjung bisa merunut perkembangannya. Ada koleksi uang yang berlaku di Indonesia pada masa penjajahan mulai dari penjajajah Belanda hingga Jepang. Di sini saya juga akhirnya tahu kalau mata uang Spanyol sempat jadi alat tukar di Indonesia semasa penjajahan dulu.
Apa hanya mata uang Indonesia? Tidak. Koleksi mata uang dari hampir seluruh negara di dunia ternyata ada di sini. Mulai dari negara-negara Asia, Eropa hingga Afrika. Maka di sinipun pengunjung bisa melihat seperti apa uang Won Korea, Euro dan sebagainya. Tak cuma uang kertas, uang logam pun ada. Semua ditata dengan baik dengan keterangan yang cukup informatif. Di Museum Uang ini juga terdapat koleksi perangko dari berbagai negara untuk memuaskan penggemar filateli.
Museum Uang Purbalingga
Beberapa Koleksi di Museum Uang Purbalingga

Rumah Prestasi dan Peraga Iptek

Puas di Museum Uang, saya menuju Rumah Prestasi dan Peraga Iptek yang terletak persis di sampingnya. Di sini pengunjung dapat mengamati dan memainkan beberapa alat peraga ilmiah. Sayang beberapa alat tampak sudah mulai rusak dan waktu saya berkunjung tidak tampak ada pemandu yang menjelaskan prinsip kerja alat-alat peraga tersebut. Padahal keberadaan pemandu dan petugas keamanan mutlak diperlukan di wahana seperti ini.
Setelah selesai di Museum Uang dan Rumah Prestasi sayapun berjalan melintasi jalan setapak menuju museum Wayang dan Artefak yang terletak jauh di tepi taman. Namun perjalanan menuju ke sana tak membosankan karena melewati kebun buah-buahan dan tentu saja pemandangan Gunung Slamet yang menawan. Tapi sekali lagi di kebun buah saya mendapati kesalahan dalam penulisan nama ilmiah. Sebuah hal yang sangat disayangkan untuk obyek wisata yang mengusung konsep edukasi.

Museum Wayang dan Artefak

Tiba di museum wayang saya terkagum dengan bentuk luar bangunannya. Sementara di dalam pengunjung bisa menjumpai beragam jenis koleksi wayang yang ditata dalam lemari-lemari kaca. Ada juga pakaian tradisional Purbalingga dan yang paling mencolok adalah koleksi wayang kulit dengan seperangkat alat untuk mengiringi pertunjukkannya. Namun lagi-lagi sangat disayangkan di sini tak dijumpai pemandu dan petugas museum. Entah apakah memang tidak disediakan atau mereka masih libur pasca lebaran.
Museum Wayang dan Artefak
Museum Wayang dan Artefak

Waroeng Kebon Sanggaluri

2 jam berkeliling mengunjungi tiga museum kami lalu menuju kantin Waroeng Kebon Sanggaluri yang terletak di dalam area taman. Sepanjang jalan menuju ke sana ada beberapa wahana permainan untuk anak dan dewasa. Berbeda dengan tiga museum, untuk menikmati permainan ini pengunjung harus membeli kupon. Tiba di kantin kami memesan makanan, minuman dan es krim. Meski warung ini berukuran kecil dengan hanya beberapa set meja kursi, namun tak usah khawatir, di sekitarnya terdapat beberapa gazebo dan pendopo yang cukup teduh. Pelayan kantin akan mengantar pesanan kita ke sana. Harganya? Ini yang membuat saya agak terkejut karena harga makanan di sini ternyata cukup murah dan enak untuk ukuran sebuah obyek wisata yang biasanya mahal dan hambar. Hanya sekitar Rp. 70.000 untuk kami berlima menikmati santap siang di sini.
Waroeng Kebon Sanggaluri
Kantin Waroeng Kebon Sanggaluri
Akhirnya perjalanan kami di Taman Sanggaluri tuntas setelah hampir 4 jam. Dengan beberapa kekurangannya, Taman Sanggaluri saya rasa cukup menarik. Spot wisatanya yang variatif dan tertata serta kebersihan yang terjaga membuat tempat ini tak membosankan untuk disinggahi berjam-jam. Namun demikian pengembangan dan perbaikan di beberapa hal perlu segera dilakukan agar Taman Sanggaluri semakin baik lagi sebagai obyek wisata edukasi yang terpadu.
*Ditulis kembali dengan penyesuaian tanpa mengurangi garis besar tulisan aslinya

Sumber: http://kotaperwira.com/sanggaluri-park-purbalingga-taman-wisata-nan-menawan#ixzz2K0eu0i5J
http://facebook.com/kotaperwiracom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar